Halaman

Senin, 04 Februari 2013

Doa Ibu

"Aku nggakmau makanan itu!" Ucap Andi sambil membanting sepiring nasi dan lauk yang sudah aku persiapkan dari siang tadi. Hatiku merasa sedih ketika anakku, tidak mau makan masakanku lagi. Apa yang salah? Apakah kurang enak? Atau bagaimana. Aku hanya bisa menangis disini, didalam hati. Aku tidakmau tampak lemah didepan anakku.

"Ya Allah tolonglah hambamu ini, aku hanya sendiri untuk menafkahi kedua anakku. Limpahkanlah rezeki yang banyak agar aku dapat membahagiakan kedua anakku, berikan selalu kebahagiaan diwajah mereka. Agar selalu menjadi pemandangan indah yang mengisi hariku. Amin"

Kuteteskan air mata permohonan itu, aku hanya bisa berdoa dan berdoa, memohon kepada Allah. Setelah aku melaksanakan tiga rakaatku itu, aku mulai menghampiri kedua anakku diruang TV. Seperti biasa.. mereka selalu ribut. 
"Kamu itu cuma anak kecil! Gausah ganggu deh!" Ucap Andi, si sulung. Adiknya Rania hanya bisa menangis menjerit kesakitan karena dipukul oleh kakaknya. "Andi cukup! Masuk kamarmu!! Rania, mana bagian yang sakit? Sini ibu obatin" Sambil mengusap airmata Raniaku aku mengoleskan obat merah ke dagunya yang sedikit luka. "Ibu tu ga adil! Bisanya belain yang salah terus! Aku benci sama ibu!" ucap Andi sambil membanting pintu kamarnya. Ya Allah, Dalam hati aku menangis sedih, susahnya hanya sendiri, lukanya juga dipendam sendiri. Tapi semua itu aku lakukan, semata hanya untuk kebahagiaan anakku. "Ibu kenapa nangis? Rani cuma luka kok, jangan sedih ya bu" Ucap Rania, aku tidak sadar bahwa air mataku menetes lagi. "Ibu kasian sama kamu nak, kamu disakitin terus sama kakakmu. Maafin ibu yang gakbisa ngasih kamu apa apa ya nak.." "Ibu ga salah kok, Rani seneng punya ibu yang kuat kayak ibu. Tanpa ayah, ibu masih tetep bisa ngerawat Rani sama Mas Andi dengan penuh kasih sayang" Seketika air mataku menetes lagi, aku terharu mendengar apa yang diucapkan Rania tadi. Ya Allah, jadikanlah anak anakku ini sebagai anak yang soleh dan solehah, agar senantiasa bisa menjadi bekal untukku di hadapanmu nanti.

Malam hari, aku masih terjaga. Aku bingung, aku ingin mencari pekerjaan sambilan agar aku dapat memberikan apapun...yang anak anakku inginkan. Ya, penghasilanku sebagai buruh pabrik memang tidak seberapa. Tapi masih cukup buat makan, dan membiayai sekolah mereka. Kubuka lembar demi lembar koran, kubaca bagian lowongan pekerjaan. Dan akhirnya, aku menemukan pekerjaan yang pas dan semoga bisa menjadi pekerjaan yang dapat memberikan kebahagiaan untuk anak anakku. Penjaga toko.

Pagi hari, sesudah aku mengantar anak anakku kesekolah. Aku bergegas menuju toko kelontong yang ada dikoran. Tokonya cukup besar, yang punya orang cina. "Pak, masih ada lowongan menjadi penjaga toko?" Ujarku pada Pak Lew xi lian. Nama pemilik toko itu, "Wooo... ya masih dek masih, kamu jaga toko sampe jam 9 malam. Karena pegawai saya yang biasa berhenti. Sanggup?" Aku mengangguk dan aku mulai bekerja di toko Akoh Lew mulai pagi ini.

Aduh sudah jam 6 sore, bagaimana keadaan anak anakku? Apa mereka sudah makan? Bagaimana Rania? Aku bingung, aku ingin pulang. Sekedar memberikan makanan dan tahu keadaan mereka. Aku sudah ijin Akoh Lew, dan aku hanya punya waktu satu jam untuk bertemu mereka. Aduh... jarak dari toko kerumah sangat jauh, membutuhkan waktu lama pastinya. Tapi aku berusaha, aku tidak ingin membuat Andi memukuli adiknya lagi.

Kucari tukang ojek disekitar toko, sangat jarang mengingat toko ini agak terpencil. Aku berjalan terus dan terus berjalan. Dan terdengar suara mobil yang melaju kencang dan klaksonnya yang sepertinya tidak terkendali. Aku menoleh kebelakang, dan BRRRAAKKK!!! Mobil itu menghempasku hingga aku jatuh ke seberang jalan. Pandangan mataku buram, aku hanya melihat orang orang mengelilingiku dan semuanya hitam.

Semakin jelas terdengar suara Rania yang menangis disampingku. Dan aku melihat Andi yang juga menangis. Kubuka mataku perlahan dan kurasakan sakit yang luar biasa dibelakang kepalaku. "Bu... ibu harus sembuh ya, biar bisa obatin Rani lagi, nyuapin Rani lagi.. ibu harus kuat. Ibu wanita hebat" isak Rania. Aku tersenyum disana, aku melihat Andi yang menggenggam tanganku erat. Dia tersenyum, "Ibu, maafin Andi, Andi selalu nakal. Andi gapernah nurut sama ibu, gapernah bersyukur sama apa yang diberi ibu. Andi janji bu, kalo ibu udah sembuh, Andi bakalan selalu bantuin ibu. Dan jadi kakak yang baik buat Rani" Kuusap airmata Andi dan Rani yang aku tahu... mereka sayang padaku. "Ibu janji, ibu bakalan bahagiain kalian semampu ibu. Ibu bakal jadi Ayah yang selalu mendidik kamu dan ibu bakal jadi Ibu yang selalu sayang sama kalian. Ibu selalu berdoa pada Allah, semoga kalian jadi anak yang soleh dan solehah. Bisa menjadi tanggung jawab ibu didepan Allah nanti. Ibu sayang kalian, selalu" Ucapku. 

Ya Allah, terimakasih telah memberikan cahayamu untuk anakku Andi, telah memberikan kebahagiaan tambahan seperti Rania, dan telah memberikan kemuliaan kepada keluarga kecilku ini. Aku hanya seorang ibu tanpa suami yang berusaha membesarkan anak anakku dengan penuh limpahan kasih sayang agar anakku dapat menjadi kebanggaan kelak nanti, doaku hanya satu Ya Allah. Panjangkanlah umurku hingga aku berhasil menjadikan anak anakku orang sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar